Tuesday, May 14, 2019

Film Sebagai Sarana Dakwah Islami

Kemarin hari Senin tanggal 13 Mei 2019 saya dan teman blogger berkesempatan hadir di acara Road To Rakornas FGD Tentang Film Islam di kantor MUI Aula Buya Hamka jalan Proklamasi dengan para narasumbernya.

Topik dalam acara Rakornas ini akan membahas masalah film Islam yang bersertifikasi halal dimana film merupakan cermin kebudayaan yang tidak boleh menyimpang dari ajaran agama Islam dan film seperti apa yang layak untuk ditayangkan, karena di Indonesia ini banyak sekali film-film yang belum tentu isinya ceritanya mengandung makna sebagai sarana dakwah islami.

Dalam kesempatan ini MUI juga berani mengambil langkah membuat film Buya Hamka yang akan rilis dalam waktu dekat.
Ketua MUI KH. Shadikun juga mendukung dan ikut mempromosikan Film Buya Hamka dan berharap masyarakat menonton film ini melebihi film film yang ada di Indonesia karena film ini memberi pencerahan, pendidikan, dan pengalaman hidup.

Selain itu ada juga film yang dilarang penayangannya di bioskop seperti film Kucumbu Indah tubuhmu, menurut MUI film ini mengandung LGBT dan tidak baik untuk ditonton oleh masyarakat dan akan menimbulkan keresahan serta bertentangan dengan norma agama dan berpengaruh pada pola pandang masyarakat terutama generasi muda.

Menurut Ustadz Erick Yusuf film Islam itu harus ada nilai etika syar'i nya, film yang memberikan inspirasi, yang menuntun kita dalam kebaikan.
Dakwah dengan siro sudah ada sejak dulu karena teknologi jadilah film tetapi secara teknis siro, cuma bagaimana cara penyampaiannya dari kisah-kisah dan bagai mana penggambarannya.

Dani Syafawi yang sebagai produser juga berpendapat bahwa kalau dia sudah lama berkecimpung didunia perfilman, disaat menerima naskah film dia seleksi dulu dan yang tidak cocok dengan ajaran Islam dia buang naskahnya.

Dani Syafawi juga berkata ada produser film yang mengatakan artis yang sudah jadi penceramah bakalan tidak laku di perfilman dan kalaupun mau laku harus masuk ke industri dulu.

Menurut Dani Syafawi film Islam itu film yang pemainnya tidak membuat suatu adegan yang buruk tapi harus jadi contoh buat penontonnya.
Proses pembuatan film harus islami, didalam casting jangan mengarah pada sahwat atau yang tidak diinginkan, dalam pembuatan film harus menggambarkan ajaran Islam dan menuju kebaikan.

Oki Setiana Dewi sebagai artis berpendapat juga bahwa film Islam itu berisi nilai keislaman dan harus membekas pada pemainnya sehingga bisa mempengaruhi penontonnya untuk misi dakwah.

Oki Setiana Dewi juga mengatakan film Islam punya banyak level seperti
- Ide cerita islami
- Jalan cerita atau plot islami
- Pembuatan film juga islami.

Seperti film Ketika Cinta Bertasbih ini Oki sangat suka dengan alur ceritanya dan pesan dari ceritanya yang sampai sekarang masih dia ingat karena di film ini akhirnya dia mengalami perubahan dan menjadi seperti saat ini dan membekas di para pemainnya.

Oki juga pernah bermain di dalam salah satu sinetron yang dimana adenganya harus seperti layaknya suami istri tapi semua bisa dikendalikan dan diakali supaya tidak saling bersentuhan, seperti kalau mau menyentuh memakai sarung tangan atau tidak langsung kena kekulit.

Para sinematografer film sangat dipengaruhi oleh idiologi alangkah baiknya film Islam itu harus diperankan oleh suami istri yang sah atau mahromnya sehingga kalau saling sentuh tidak jadi masalah.

Inti dari pembicaraan ini adalah Membuat film itu ibadah maka dari itu bijaklah dalam membuat film dan harus ada nilai Islaminya yang akan menjadi contoh buat masyarakat indonesia terutama generasi muda dan menjadi wahana dakwah.















15 comments:

  1. Aku kira, totally semua film itu sebagai sarana hiburan. Kalau film ttg agama, tentu pemikirannya ditambah dibawa ke agama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba harus ada nilai Islamnya juga supaya bisa menjadi contoh

      Delete
  2. Film kalau nggak membekas pada pemainnya, maka gimana kepada para penontonnya yah.. Setuju dengan Mbak Oki 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba aku juga setuju dan bisa merubah diri kita

      Delete
  3. setuju seharusnya film bisa memberikan nilai nilai baik kepada masyarakat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mba karena film itu ditonton oleh semua orang

      Delete
  4. asyik juga ya kak kita bisa berdiskusi tentang film di kantor MUI merupakan pengalaman baru buat aku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ibu jadi menambah pengalaman juga buat aku

      Delete
  5. Ternyata ada kriteria nya jg ya dlm pembuatan film yg islami yg mmg layak utk d tayangkan dan d tonton masyarakat umum. Jd gak asal buat film dan langsung tayang ya ..

    ReplyDelete
  6. Film memiliki segmen penonton masing2. Dan kdg muncul pro kontra. Termasuk film dgn tema religius. Eniwei saya termasuk pengagum pemikiran buya HAMKA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, bentar lagi juga launching film Buya Hamka, pasti filmnya bagus ni

      Delete
  7. Film islami memang menjadi andalan dan tidak menggurui sich dan sesuai syariat pula saat memerankan tokoh yg ada

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget kak kan harus menjadi contoh buat masyarakat yang menontonnya

      Delete
  8. Kapan tayang filmnya mba oki?penasaran dengan japan ceritanya nanti..semoga cepat realis

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita tunggu aja ya mba, pastinya ga kalah bagus dengan filmnya yang dulu

      Delete